Jumat, 07 Desember 2012

Membuat Video Clip Music Dengan Menggunakan ULEAD VIDEO STUDIO

Di dalam tulisan lain saya pernah membahas tentang mengedit video dengan menggunakan Windows Movie Maker yang hasil akhirnya hanya lumayan saja. Tapi bagi anda yang kurang puas dengan program tersebut anda bisa mengedit video anda dengan menggunakan ULEAD VIDEO STUDIO. Untuk saat ini saya memakai yang versi 10. Tapi untuk memakai program ini dibutuhkan spesifikasi komputer yang agak bagus karena program ini membutuhkan memori yang besar apalagi jika dipakai untuk menggabungkan beberapa video menjadi satu video saja. But anyway Let’s begin !
- Buka program Ulead Video Studio yang sudah diinstall (Video Studio Editor).
- Ada beberapa bagian utama di bagian atas layar yaitu Capture, Edit, Effect, Overlay, Title, Audio dan Share.
- Pilih Yang Edit.
- Pada bagian Edit anda dapat melihat ada 3 bagian utama yaitu:
1. Storyboard View
Untuk melihat semua daftar video yang anda masukan ke dalam program ini secara Thumbnail (kelihatan besar besar). Pencet tombol ENLARGE untuk lebih memperbesar.
2. Time Line View
Bagian ini terdapat beberapa bagian yaitu :
a. Video Track (tempat memasukan video utama)
b. Overlay Track (tempat memasukan video lain untuk digabung menjadi 1 layar)
c. Title Track (tempat memasukan tulisan)
d. Voice Track (tempat memasukan suara berupa rekaman langsung)
e. Music Track (tempat memasukan suara berupa file musik dan sebagainya)
3. Audio View
Untuk merubah file suara
- Untuk tutorial ini silahkan pilih yang nomor 2 atau Time Line View.
- Masukan semua file dengan cara klick kanan pada Track Track yang tadi saya sebutkan.
- Untuk lebih jelasnya ikuti langkah langkah berikut ini:
- Masukan file video yang ingin diedit dengan cara klick kanan pada bagian track video. Lalu pilih INSERT VIDEO.
- Jika ingin menggabungkan 2 video atau lebih dalam 1 layar maka video yang kedua dan seterusnya diletakkan di Overlay Track. (Butuh Memory Besar).
- Anda dapat memotong video yang anda masukan untuk diambil bagian depan, tengah, belakang atau beberapa bagian saja dengan cara menekan tombol MARK IN pada bagian awal video yang akan dipotong lalu tekan tombol MARK OUT pada akhrir bagiannya. Setelah itu tekan tombol CUT CLIP maka video akan terpotong dan anda bisa membuang yang tidak perlu.
- Selanjutnya anda dapat menghilangkan suara asli dari video tersebut dengan cara menekan tombol MUTE.
- Masukan lagu yang anda inginkan ke dalam VOICE TRACK jika ingin merekam secara langsung atau masukan lagu ke dalam MUSIC TRACK jika ingin mengambilnya dari dalam komputer anda.
- Pilih Menu Effect untuk menambahkan effect tertentu.
- Pilih salah satu dari Transisi atau animasi perpindahan video dari video satu ke yang lainnya (jika ada banyak video clip) Lalu drag kearah video anda.
- Untuk menghapus transisi tadi tinggal dihapus dari Video Track (warnanya kuning).
- Untuk menambah Effect pada video pilih Video Filter pada menu Effect tadi. Lalu pilih Effect video yang disediakan beserta variasinya kemudian Tibankan atau Drag ke arah video anda.
- Jika ingin menghapus Effect tersebut dari video tekanlah tombol ”X” atau Delete yang ada pada bagian Attributte.
- Langkah selanjutnya adalah membuat tulisan. Pilih Menu Title untuk menambahkan Tulisan tertentu pada video anda.
- Pilih salah satu bentuk tulisan yang disediakan kemudian Tibankan atau Drag ke video anda.
- Gantilah tulisan asli dari tulisan yang ditibankan ke video tadi menjadi tulisan yang anda inginkan.
- Jika ingin menghapus tulisan tersebut dari video anda bisa langsung membuangnya dari Title Track.
- Setelah video selesai di edit pilihlah menu SHARE.
- disini ada beberapa pilihan untuk tahap penyelesaian yaitu:
1. Create Video File
(untuk menyimpan video tersebut ke dalam komputer beserta suaranya)
2. Create Sound File
(untuk menyimpan ke dalam komputer hanya musiknya saja)
3. Create Disc
(untuk menyimpan hasil video ke dalam CD)
4. Export To Mobile Device
(untuk memasukan video tersebut ke dalam Handphone)
5. Project Playback
(untuk menjalankan hasil video yang sudah anda edit)
6. DV Recording
(untuk merekam video anda ke DV)
7. Share Video Online
(untuk menyebarkan hasil video anda ke Internet)
- Pilih salah satu dari pilihan tersebut (lebih baik pilih yang CREATE VIDEO FILE). Maka video anda akan diproses lalu disimpan kedalam komputer dan siap untuk dipakai.

Senin, 16 Januari 2012

Wisata Tanah Karo Simalem

Ketika Gunung Sinabung meletus, tanah Karo pun berduka. Sudah lebih empat abad mereka hidup damai di sana. Berkah Sinabung terus mereka raup. Kesuburan tanahnya sungguh dapat menjadi gantungan hidup selama ini. Tiba-tiba gunung setinggi 2451 meter dpl ini memuntahkan laharnya. Tanpa pertanda yang jelas, hanya ada sedikit hujan abu dua hari sebelumnya.
Sinabung memberi warna pada kehidupan orang Karo, yaitu suku yang wilayahnya meliputi Gunung Sinabung-Sibayak, Medan, Binjai, sebagian Kabupaten Dairi, hingga ke Aceh Tenggara. Setidaknya ada 5 marga yang dikenal Orang Karo, yaitu Karo-karo, Tarigan, Ginting, Sembiring, dan Paranginangin. Setiap marga memiliki sub-marga, misalnya ada Karo-karo Kaban, Sembiring Meliala, Ginting Munthe, Paranginangin Uwir, Tarigan Tuakampong, dan lainnya.
pasar bunga berastagi kala gerimis
Orang Karo adalah orang pegunungan, yang memiliki hubungan yang erat dengan alam. Tanah yang subur membuat orang Karo hidup berkecukupan sebagai petani. Sayur, buah, seperti kubis, wortel, kentang, bunga kol, jeruk, markisa, tumbuh dengan lebat dan dapat dipanen dengan hasil berlimpah. Siapa sih yang tak kenal dengan markisa dan timun belanda? Di Karo-lah kedua buah itu ditanam.
Bagi pemerintah propinsi Sumatra Utara, Sinabung dan Tanah Karo menjadi aset wisata yang berharga. Siapa yang tak kenal Berastagi, Kabanjahe, Taman Hutan Liar atau Tahura, Lau Debuk-Debuk, Gundaling, Desa Lingga, juga Danau Lau Kawar. Kalau Anda pernah singgah ke Medan, nama yang disebut di atas tentulah tak asing lagi. Itu adalah beberapa tujuan wisata utama Sumut. Mengenal lebih dekat wisata Tanah Karo, bisa menebalkan kecintaan akan tanah air.

Berastagi
Bukan orang Medan namanya jika belum menginjakkan Berastagi. Kota sejuk di lereng Sinabung ini menjadi tujuan wisata utama orang Medan. Bisa ditempuh dengan satu jam berkendara, kota yang berjarak 66 km dari Medan ini menjadi tujuan utama wisata akhir pekan. Mirip kawasan Puncak bagi orang Jakarta, atau Selecta buat orang Surabaya.
Di Berastagi kita bisa berbelanja sayur dan buah dengan harga murah. Markisa dan timun Belanda segar selalu tersedia di pasar. Berjalan sepanjang pasar memanjakan mata. Buah-buahan segar dipajang berderet, dengan harga yang menggiurkan. Di pasar pula bisa kita jumpai bunga-bunga segar, yang siap dirangkai untuk acara pesta atau hajatan.
Saya bayangkan ketika Sinabung meletus, tentulah pasokan sayur-mayur dan buah buat kota Medan menurun drastis. Harga kedua komoditi ini bisa melangit. Ada juga sih beberapa daerah yang menanam sayur dan buah, misalnya sekitar Tongging dan Sipiso-piso, tapi hasilnya tak sebanyak di Berastagi.
Tak banyak yang tahu kalau Berastagi pernah menjadi tempat pembuangan Bung Karno paska agresi militer Belanda  22 Desember 1948. Namun Bung Karno tak lama disembunyikan Belanda di sini. Awal Januari 1949 presiden pertama RI ini segera dipindahkan ke Parapat. Rupanya Belanda takut diserbu Laskar Rakyat, pejuang Karo yang pendukung berat BK.
Sebelum memasuki Berastagi akan kita lewati papan nama bertuliskan ‘Tahura’. Itulah Taman Hutan Rakyat yang menyajikan wisata di udara bebas yang menyenangkan. Di hari Minggu atau hari-hari besar, Tahura ramai oleh pengunjung. Umumnya mereka adalah yang merindukan kesejukan dan hijau pemandangan.
Gundaling
Bosan ke Pasar Beratagi, kita bisa berkuda menaiki bukit Gundaling. “Goodbye Darling,” kata teman, artinya di puncak bukit ini kerap sepasang anak manusia sejenak memadu kasih, lalu berpisah. Kini mendaki Gundaling tak perlu naik kuda, banyak oto yang siap mengantarkan kita kapan saja.
Dalam perjalanan ke Gundaling, kerap kita jumpai kedai bertuliskan ‘Di sini tersedia susu kuda liar!’. Maksudnya bukan susu kuda liar ala Sumbawa, karena kuda di sini tak lagi hidup liar. Tapi secangkir kopi susu yang nikmat. Itu saja.
Sepanjang perjalanan bisa kita saksikan hamparan kebun sayur dan buah, diselang-selingi rumah penginapan, mulai hotel kelas atas hingga losmen sederhana. Gundaling memang tempat yang strategis buat menghabiskan akhir petang. Di beberapa hotel kerap diadakan pementasan tari tradisional Karo yang diiringi gendang Karo, yaitu seperangkat alat musik terdiri dari sarune, gendang singanaki, gendang singindungi, gendang penganak, dan gung. Sepintas suaranya mirip gamelan Sunda.
pemandian air panas lau debuk-debuk
Lau Debuk-Debuk
Kalau kita berkendara dari Berastagi menuju Medan, ada pertigaan di kiri jalan dengan papan nama bertuliskan “Lau Debuk-Debuk’. Menempuh jalan beraspal sekitar 300 m, lalu menurun lewat jalan setapak, kita akan dituntun memasuki kawasan kolam-kolam berwarna biru keruh. Beberapa pengunjung nampak berendam di situ.
Lau itu sebutan sungai atau sumber air dalam bahasa Karo. Lau Debuk-debuk adalah sumber air panas yang mengandung belerang. Konon sumber air ini berasal dari kawah Gunung Sibayak. Lau Debuk-Debuk memang berada di pertemuan lereng antara Gunung Sinabung dan Sibayak.
Lau Debuk-Debuk dipercaya mampu menyembuhkan berbagai penyakit, baik penyakit kulit maupun organ dalam. Di sini kerap pula dilakukan upacara bagi pemeluk kepercayaan Parmalim. Tak jauh dari sumber air panas ini, terdapat makam tua yang dipercaya sebagai makam pemuka Parmalim.
Parmalim merupakan kepercayaan yang dianut suku Karo maupun Batak sebelum masuknya agama resmi negara seperti Kristen, Islam, atau Hindu. Ajaran ini pernah dilarang sebelum era reformasi. Kini pemeluk Parmalim bebas menjalankan ibadahnya.
Kabanjahe
Sepanjang perjalanan dari Berastagi menuju Kabanjahe, Sinabung Jaya akan melalui areal pertanian yang subur. Kadang terhampar kebun jeruk yang buahnya bergelantungan siap dipanen, kadang kebun kubis, asparagus, bahkan juga kebun bunga. Sesekali kita akan menjumpai para petani berjalan menuju kebunnya. Yang perempuan mengenakan jujung, kain yang diletakkan di atas kepala dengan bentuk kas. Yang lelaki memikul cangkul dan keranjang bambu.
Satu dua gereja dengan arsitektur tradisional bermunculan. Sungguh tempat yang mempesona. Sudah subur tanahnya asri pula pemandangannya. Nampak kuat  penduduknya memegang tradisi.
Setengah jam kemudian sampailah kita di Kabanjahe, ibukota Kabupaten Tanah Karo.. Kabanjahe tidaklah sedingin Berastagi. Di sini terdapat Makam Pahlawan, lalu kedai kopi susu yang sangat nikmat. Ada juga pasar kecil yang menjual kerajinan uis gara –semacam ulos bagi orang Karo—yang harganya bisa ditawar. Penghuni kota ini sangat ramah dan halus gaya bicaranya. Serupa orang Solo atau Jogja kalau di Jawa.
Di Kabanjahe nampak toleransi beragama antara muslim-nasrani. Tidak seperti Batak Toba yang mayoritas nasrani, atau orang Mandailing yang mayoritas muslim, di Karo jumlah muslim dan nasrani berimbang.
sebuah rumah adat di desa lingga
Desa Lingga
Mudah mencapai Lingga, cukup naik angkot 06 dari terminal Kabanjahe. Desa di  Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Karo, ini cukup unik. Terletak di ketinggian 1200 meter dari permukaan laut, Lingga merupaka satu dari sedikit desa di Karo yang menyisakan rumah adat Karo. Desa lainnya adalah Dokan, Peceren, Serdang, Barus Jahe, Juhar, Gurusinga dan Cingkes.
Ada beberapa jenis rumah adat di sini. Ada jambur, waluh jabu, geriten, lesung, dan sapo page. Geriten adalah tempat menyimpan tulang belulang, biasanya bentuknya tertutup. Sedang lesung merupakan tempat menyimpan lesung yang akan digunakan untuk menumbuk padi. Padi disimpan di sapo page.
Ada belasan waluh jabu yang tersisa di Lingga. Yang paling tua berumur sekitar 200 tahun. Dinding waluh jabu ini terbuat dari kayu, sementara atapnya dari rumbia. Banyak atap rumbia itu berlumut tebal, menunjukkan betapa tua umurnya. Di bagian atas rumah terdapat anyaman bambu berbentuk segitiga  yang disebut ayo.
Biasanya sebuah waluh jabu di Lingga memiliki dua atau empat ayo, menghadap ke arah yang berbeda. Di atas ayo baru diletakkan kepala kerbau yang berfungsi untuk menolak bala.  Sayang banyak rumah adat yang rusak atau kurang perawatan.
Pada Revolusi Sosial tahun 1946, banyak rumah adat yang dirusak dan dibakar rakyat.  Mereka takut waluh jabu bakal direbut dan didiami Belanda kembali. Rumah adat  menjadi tempat tinggal Sibayak dan keuarganya.
Bangunan semacam pendopo, Djambur Lingga namanya. Jambur merupakan tempat berkumpulnya para tetua adat dan lelaki. Ketika Sinabung meletus, Jambur menjadi tempat penampungan para pengungsi karena tempatnya yang luas.
Sambil berkeliling Lingga akan kita saksikan para pengrajin sagak, umumnya lelaki. Sagak atau bambu biasanya dianyam untuk dibuat keranjang. Keranjang ini kerap digunakan untuk mewadahi sayur dan buah yang dipanen. Selain berkebun, menjadi pengrajin sagak merupakan pekerjaan penduduk desa.
Kalau ingin mengetahui lebih jauh tentang budaya Karo, jangan lupa berkunjung ke  Museum Karo Lingga. Walau koleksinya tak banyak, tapi museum ini cukup informatif menyajikan pakaian adat Karo, alat musik tradisional, perangkat rumah tangga, dan aneka topeng yang digunakan dalam perayaan tradisional. Di depan museum ada Gereja St Petrus, lumbung padi Ginting, dan kompleks kuburan Sibayak dulu.
Lau Kawar
Di hari biasa, cukup sulit mendapatkan angkot yang langsung menuju ke Danau Lau Kawar dari Berastagi. Minimal kita harus berganti dua kali angkot, jurusan ke Desa Perteguhan, lalu menuju ke Lau Kawar. Itupun mesti mencarter sopir agar mau mengantarkan kita masuk ke lokasi danau. Itulah sebabnya, banyak pengunjung yang memilih berwisata ke Lau Kawar di hari libur.
Ada sebuah legenda yang dihubungkan dengan danau ini. Legenda tentang Desa Kawar. Konon desa ini tanahnya subur, penduduknya pun hidup makmur, karena hasil panen berlebih. Suatu hari diadakan pesta menyambut panen.  Seluruh penduduk diundang untuk mengikuti jamuan makan, musik, dan tarian. Namun ada seorang nenek yang tak bisa hadir karena dia lumpuh. Sendiri dia terbaring di ranjangnya.
Ketika orang sedang berpesta, makan makanan  enak sepuasnya, nenek itu justru kelaparan di rumahnya. Anak dan menantunya lupa siapkan makanan buat sang ibu. Baru sore menjelang ketika cucunya datang membawa makanan yang dititipkan ibunya untuk si nenek. Betapa kecewa hati nenek itu saat tahu bahwa makanan yang dibawa cucunya adalah sisa-sisa makanan. Rupanya si cucu telah memakan sebagian nasi tersebut. Nenek itu lalu menangis dan berdoa agar orang di desa dikutuk Tuhan. Tak berapa lama turun hujan lebat. Desa Kawar pun tenggelam, menjelma jadi Danau Lau Kawar.
Di hari biasa Lau Kawar amat sunyi. Bentangan airnya berlekuk dan memantulkan biru laut dan hijau pepohonan lebat di seberang danau. Danau ini luasnya sekitar 200 ha, berada di Desa Kuta Gugung, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Danau ini adalah satu dari dua danau di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Danau satunya adalah Danau Marpunge.
Di sekeliling danau ada rumah makan, bangunan berbentuk rumah adat yang berfungsi sebagai penginapan, dan jalan yang tertata rapi. Di musim liburan sekolah, bisa puluhan tenda berjajar di sini. Danau ini merupakan salah satu pos pendakian favorit menuju Gunung Sinabung. Butuh waktu sekitar 6 jam untuk menggapai puncak Sinabung. Kalau kita hanya punya waktu pendek, cukup mendaki Deleng  Lancuk, puncak bukit terdekat.
Aset wisata ini sayangnya kurang digarap serius oleh pemda Tanah Karo. Keterbatasan transportasi menjadi salah satu kendala. Belakangan banyak warga Karo yang berharap pemda mulai memberi perhatian khusus pada ekowisata. Bukankah Tanah Karo kaya akan pertanian sayur dan buah? Itu bisa menjadi daya tarik yang potensial. Semoga letusan Sinabung kali ini bisa menggugah pemda untuk lebih memperhatika aset tanah Karo.

Ornamen Rumah Tradisional Karo


Rumah tradisional Karo didesain tahan gempa. Juga memiliki makna kebahagiaan bagi penghuninya.

Ernst Cassirer menyatakan manusia sebagai animal symbolicum. Melalui simbol-simbol itu manusia mengungkapkan perasaan, mencari pengetahuan, dan keinginan untuk menciptakan sesuatu seperti benda-benda yang dapat menunjang keinginan dan kebutuhan hidupnya (Budianto, 2004). Simbol bisa berupa gambar atau benda, yang diyakini masyarakat pendukungnya, memiliki makna tertentu, dan diwariskan oleh nenek moyang.
Sementara itu, antropolog Koentjaraningrat (1996) mengungkapkan bahwa hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan. Adalah seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan, serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang diperoleh sebagai hasil dari proses belajar.
Indonesia dengan pelbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, memiliki kekayaan budaya, tradisi, dan adat-istiadat yang beraneka ragam, salah satunya terkandung dalam seni arsitektur. Dalam konteks ini rumah tradisional suku Karo—yang secara spesifik dapat dieksplorasi dari ornamen rumah.

Ornamentasi Rumah Karo

Rumah tradisional Karo didesain tahan terhadap gempa dengan usia bangunan mencapai ratusan tahun dan dalam pembuatannya tidak memakai paku. Di samping itu peran guru (dukun) sangat penting terkait letak rumah tradisional yang akan didirikan. Masyarakat Karo percaya akan sifat tanah, bahwa ada tanah yang baik dan tidak baik untuk bermukim di atasnya. Dapat dikatakan seluruh proses dari awal sampai peresmian (mengket) rumah tidak lepas dari nasehat dan peran guru.
Rumah ini kaya akan hiasan-hiasan berupa ornamen yang terdapat pada rumah tinggal atau bangunan hunian biasa, rumah besar yang dihuni oleh delapan keluarga (rumah waluh jabu), dan bangunan istana (tempat tinggal para raja pada zaman dahulu). Ornamen merupakan suatu desain tradisional yang bernilai tinggi yang berkaitan dengan kepercayaan serta memiliki makna kebahagiaan bagi penghuninya.
Dalam pembuatannya, ada ornamen yang dipahat maupun diukir. Pengrajinnya disebut penggerga. Seiring dengan kemajuan zaman, para penggerga ini sudah tidak banyak lagi, karena berkurangnya minat masyarakat Karo dalam membangun rumah tradisional.

Simbol dan Kearifan Lokal

Ornamen rumah tradisional Karo berhubungan dengan lambang terkait dengan adat-istiadat. Sebagai suatu produk budaya yang diciptakan nenek moyang sebagai hasil dari belajar khususnya melalui alam yang dipercayai mengandung makna khusus. Lebih khusus lagi, menurut Sitepu (dalam Surbakti, 2008), ornamen dipercaya sebagai penolak bala, penangkal roh jahat, dan sebagai media pengobatan juga memperindah bangunan. Bangunan dan ornamen menjadi suatu kesatuan yang utuh serta memberikan kesan keagungan dan keindahan.


Keseluruhan ornamen dibuat atau diletakkan pada ayo-ayo (bagian depan rumah), dapur-dapur (bagian dapur), dan pada derpih (bagian dinding). Dan pada atap rumah diletakkan dua atau empat buah kepala kerbau lengkap dengan tanduknya yang dipercaya sebagai lambang kekuatan. Ornamen tersebut meliputi: Pangeret-ret, Embun Sikawiten, Bindu Matoguh, Tupak Salah Silima-lima, dan Tapak Raja Sulaiman.
Pengeret-ret. Bahan dasar ornamen ini adalah tali ijuk yang dipilin dan diikat ke dinding rumah (derpih) bagian depan—dimaksudkan sebagai pengganti paku. Lubang diatur terlebih dahulu sesuai dengan gambar dan berfungsi untuk memperkuat tiap lembar papan, sehingga dinding menjadi kuat. Motif ornamen berupa gambar seekor cicak yang diyakini memiliki kekuatan untuk menolak bala dan ancaman roh jahat yang mengganggu penghuni rumah. Ornamen ini melambangkan suatu kekuatan, penangkal setan, kewaspadaan, dan kesatuan keluarga.
Embun Sikawiten. Ornamen dengan motif alam ini merupakan tiruan dari rangkaian awan yang beriringan dibuat menyerupai gambar bunga yang menjalar berbentuk segitiga. Fungsinya adalah sebagai petunjuk hubungan antara kalimbubu (awan tebal bagian atas) dan anak-beru (bayangan awan di bagian bawah). Kalimbubu adalah pelindung anak-beru dalam sistem hubungan masyarakat Karo. Bayangan awan di bawah akan bergerak mengikuti iringan gumpalan awal tebal di atasnya bila awan di bagian atas bergerak, sesuai dengan fungsi kalimbubu.
Bindu Matoguh. Motif ornamen berupa garis yang menyilang diagonal dan membentuk persegi, melambangkan keteguhan hati masyarakat Karo untuk bertindak baik, adil, tidak melanggar norma, dan tidak merugikan orang (encikep si mehuli). Nilai filosofis encikep si mehuli adalah sebagai penolak bala yang tidak akan datang melanda bila manusia berbuat baik dan jujur terhadap siapapun.
Tupak Salah Silima-lima. Motif ornamen ini adalah alam/geometris berupa garis menyilang yang membentuk gambar bintang di langit yang menerangi bumi di malam hari. Melambangkan kesatuan/kekeluargaan merga silima (lima merga) sebagai sistem sosial masyarakat Karo yang utuh, dihormati, dan disegani. Kesatuan dimaknai sebagai kekuatan karena kekuatan masyarakat Karo pada hakikatnya terletak pada kebersamaan yang dibangun. Kelima merga tersebut adalah merga induk yang diikat oleh struktur sosial dan tak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ornamen tak lain sebagai penolak niat jahat dari adanya keinginan yang hendak mengganggu keutuhan merga silima.
Tapak Raja Sulaiman. Ornamen ini bermotif geometris berupa garis yang menyimpul dan membentuk jalinan motif bunga dan membentuk segi empat. Nama ornamen diambil dari nama raja yang dianggap sakti yang ditakuti oleh makhluk jahat mulai dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar. Dengan status sebagai raja yang tinggi kedudukannya, Raja Sulaiman merupakan kekuatan yang dihormati sekaligus ditakuti. Masyarakat Karo percaya bahwa ornamen Tapak Raja Sulaiman akan menolong mereka agar terhindar dari ancaman niat jahat, baik yang datang secara nyata maupun tidak nyata. Makna yang terdapat pada ornamen ini adalah makna kekeluargaan dan makna kekuatan.
Begitulah di balik ornamen itu, termaktub sejumlah kearifan lokal masyarakat Karo. Walau berangsur surut, tak diminati lagi, sepatutnya generasi pelanjut, tak pongah untuk belajar dari nenek moyang


ditulis oleh : Rico Andreas Surbakti, Pelajar SMA ST.MARIA MEDAN